Thematic Apperception Night Chapter III

Standard

MORNING FOG

“SUZY?! IS THAT YOU??”

Ia terlihat menyipitkan matanya.

“Amber?!” seketika matanya membulat menyadari bahwa yang di hadapannya adalah orang yang dikenalnya dengan baik. Untuk beberapa saat kami hanya membuka mata dan terpaku penuh dengan tanda tanya. Bagaimana kita bisa bertemu di tempat dan waktu yang sangat, ini memang London, tapi yang kami datangi adalah Chelsea, bukan tujuan wisata utama di kota London, pada waktu dini hari? Di Battersea Bridge? Kebetulan yang direncanakan terlalu rapih oleh Tuhan.

“Suzy, se-sedang apa kau di sini?!”

Bukk! Suzy memelukku dengan tiba-tiba, dia memeluk dengan sangat kuat, menaruh kepala di sisi kanan bahuku, dan tak lama kemudian kudengar desak tangis yang tak terlalu dalam, tapi sepertinya cukup menyedihkan untuk didengar. Entahlah aku tak ingin banyak bertanya, rasanya aku hanya ingin memeluknya balik. Kulingkarkan tanganku di tubuhnya sambil mengelus kepalanya yang masih berada di bahu kananku.

Tidak memakan waktu yang banyak untuk Suzy menangis di dalam pelukkanku, ia melepas pelukannya dan menghapus air matanya lalu tersenyum ke arahku.

Mianhae, aku berperilaku sangat aneh, ngomong-ngomong aku belum menjawab pertanyaanmu, unnie. Mmm, aku sedang liburan disini, kau sendiri?”

“Ah-aku? Aku juga sedang liburan di sini”

“Ohya? Dengan siapa?”

“Mmmm dengan memberku”

“Ohya? yang ku tahu Sulli sedang di Korea, apa hanya dia yang tidak ikut?”

“Mmm, iya, dia tidak ikut”

“Mmm, arasso, ngomong-ngomong sedang apa kau di jembatan ini? jam segini dan di cuaca sedingin ini?”

“Oh, aku baru saja sampai, Suz, tapi jembatan ini seperti memanggil-manggil namaku untuk berkenalan dengannya, hehe. Kau sendiri? Sedang apa di sini?!”

“Mmmh, kurasa ceritanya cukup panjang, jika kau ada waktu, rasanya aku ingin sekali menceritakannya padamu. Tapi kenapa kita bisa bertemu di sini ya, jodoh sekali!”

Mmm, jodoh? Kurasa tidak, Suz, hehee.. tapi memang, ini terlihat terlalu rapih untuk disebut sebuah kebetulan, aku yang baru sampai, aku yang tiba-tiba ingin berhenti di jembatan ini, Suzy yang entah kapan sampai di England, dan pada waktu yang sama ada di hadapanku, padahal kita sama-sama tinggal di benua yang jauh dari tempat kita bertemu saat ini.

“Mmmm, iya, aku juga heran kenapa kita bisa bertemu di sini”

“Kau bilang kau baru sampai ya? Berarti kau belum check in di hotel?”

“Iya, dan aku harus mencari hotel dengan berjalan kaki karena ulahku sendiri, hehe”

“Baiklah, kita menginap di hotel yang sama saja, bagaimana?”

“Apa kau menginap di hotel yang mahal? Sepertinya aku akan menginap di hotel biasa saja, Suz. Lagi pula aku meninggalkan England besok sore”

“Baiklah kita cari hotel bintang tiga saja”

“Mmm maksudnya kau mau menemakiku mencari hotel? Tapi ini sudah terlalu larut, kurasa sebaiknya kau kembali ke hotel saja”

Tapi Suzy tak berkata apa-apa, dia hanya berjalan ke arah ujung jembatan, karena besok pagi aku harus ke restoran Gallant Endeavour yang berada di King’s Road, maka lebih baik aku juga menginap di tempat yang tak jauh dari sana. Sambil ku ikuti dia berjalan, aku iseng membuka GPS untuk mengetahui dimana letakku sekarang. Hmmm? Ada sesuatu yang aneh.

“Suz, aku harus ke King’s Road, apa kau menginap di sana?”

“Mmmm, King’s Road? Aku tidak yakin tapi sepertinya iya”

“Tapi kenapa di GPS ku King’s Road ada di utara? Tapi sekarang kita berjalan ke arah selatan, arah yang berlawanan. Aku bingung, Suz. Berarti tadi aku sudah melewati King’s Road tanpa harus melewati jembatan ini, tapi kenapa supir taxi itu membawaku menyebrangi jembatan?”

Jinjja? Mungkin kau salah mengerti dengan GPSmu, kurasa King’s Road ada di selatan. Lagi pula kalau salah kita cari tahu saja besok, ini sudah terlalu larut, unnie, dan kalau kembali ke utara sepertinya cukup jauh, kita sudah hampir sampai ujung jembatan, kau menginap di hotel yang sama denganku saja.”

Kubalikkan tubuhku untuk melihat ke arah utara, kabutnya cukup menutupi pandangan, hampir tak terlihat apa-apa di sebrang jembatan. Udara juga semakin dingin, dan kota ini terlihat sangat sepi, akhirnya kuputuskan untuk mengikuti saran Suzy.

Alright, Suz. Tapi di samping hotelmu apa tidak ada hotel yang lebih murah?”

Come on, unnie, kau ini idol, kenapa ribut sekali mencari hotel murah? Hotelku bintang empat, tapi harganya tidak terlalu mahal, sedang diskon mungkin karena pada musim dingin pengunjung mereka berkurang drastis”

“Hehee, arraso, akan ku ikuti kemana kau melangkah”

Ya Tuhan, dingin sekali, kenapa Suzy terlihat baik-baik saja di udara sedingin ini?

“Ya! Kau meminum alkohol? Apa-apaan itu? Kau masih di bawah umur!”

Dia menoleh ke arahku, menungguku yang sedari tadi berjalan di belakangnya.

“Alkohol? Aniya, unnie! Aku hanya minum root beer” jawabnya sambil mengaitkan tangan kanannya di lengan kiriku. Kemudian kulihat botol root beer yang masih ia pegang.

“Lihat, Suz, ini mengandung alkohol lima persen!”

Jinjja? Aku tak tahu, berarti ini pertama kalinya aku meminum minuman berlakohol sebanyak ini, waktu aku kecil sih aku pernah mencoba beberapa kali minuman milik Appaku, hehe”

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku karena mendengar jawabannya. Ku perhatikan sekitar, kita telah di ujung jembatan. Sepi sekali malam ini, bahkan salah satu lampu jalanan yang berwarna kekuningan ini kedap kedip dengan tempo yang tak jelas, kulihat orang yang di sebelah kiriku ini tak banyak berbicara, bahkan kadang menunduk dalam. Aku sedikit kesulitan untuk memulai pembicaraan dengannya.

“Hmmm sebentar, unnie” dia terlihat berlari kecil menjauhiku, ia berlari ke trotoar di sebrang jalan, kemudian terlihat menelpon seseorang dalam waktu singkat lalu menaruh handphonenya di saku kiri coatnya.

Suzypun kembali berlari ke arahku. Setelah aku sampai di sampingnya ia kembali meraih lenganku. Entahlah kenapa aku merasa cukup awkward, padahal sebelumnya kami terhitung sering melakukan skinship dan biasa saja.

Di depan kami terlihat perempatan jalan, dan tak satupun bertuliskan King’s Road. Berarti aku tak salah mengerti dengan GPSku, tapi tak apalah, setidaknya sudah terbayang olehku dimana letak King’s Road. Kami mengarah ke kanan, pada papan jalan berwarna hijau-putih ini tertulis Westbridge Road, hmmm.. aku melihat sesuatu yang berbeda.

Jalannya sedikit menanjak, di kanan kiri jalan terdapat pohon-pohon besar yang terlihat kering karena musim dingin, lampu-lampu jalan di sini tidak berwarna kuning, tapi putih kebiruan, membuat sepanjang jalan ini terlihat lebih terang. Kabut tipis masih terlihat menutupi jarak pandang, bahkan ujung jalan tak terlihat sama sekali tapi setidaknya di sini lebih ramai, terlihat beberapa cafe yang masih buka dengan beberapa mobil yang terparkir di depannya. Cafe-cafe disini rata-rata berdinding kaca, sehingga kita bisa melihat aktivitas orang-orang yang di dalam cafe dari luar.

Kami masih berjalan rapih di sepanjang trotoar ini, memperhatikan wajah-wajah orang Inggris yang sedang berada di dalam cafe, entahlah kenapa mereka terlihat cukup serius, beberapa ada yang terlihat malas-malasan. Bukannya orang-orang jam segini sedang mencari kesenangan? Entahlah, mungkin wajah orang Inggris memang begitu.

“Ini hotelnya”

“Omo! Tidakkah ini terlalu mewah?”

Ia tak merespon kata-kataku, hanya menarikku kuat ke arah meja resepsionis.

“Kurasa kau saja yang langsung berbicara kepada resepsionisnya, karena aku tak lancar berbahasa inggris”

“Good evening, miss, may I help you?” Hahaa aku suka logat orang inggris.

“Yes, I need a standart room for one day, single bed, please”

“No, double bed, please” tiba-tiba Suzy mengubah reservasiku.

“Bolehkan aku tidur bersamamu malam ini?” lanjutnya dengan gaya yang cuek.

“Mmm, okay, my pleasure” Aku tak bisa menolak, dan untuk apa juga menolak, toh ini bukan pertama kalinya aku tidur dengan Suzy.

Kamar nomer 205, kami tak menaiki lift, tapi naik melalui tangga yang indah terpajang dengan sempurna disisi kanan dan kiri meja resepsionis. Hotel ini unik, biasanya lampu-lampu hotel berwarna kekuningan, namun di sini lebih ke biruan, dekorasinya juga dominan berwarna blue navy dan broken white, entahlah, suasananya seperti waktu subuh pada musim semi.

“Ini kamar kita” ucapnya dengan seperti biasa, tidak terlalu cuek tapi tidak juga terlihat excited.

Waaaah, kukira suasanya juga akan serba biru, tapi di dalam sini serba putih, indah sekali, seperti kamar orang yang sedang bulan madu. Apa? Bulan madu?! Kalaupun iya setidaknya tidak dengan Suzy, tapi dengan Krystal. Oh My God, Krys, bahkan aku tak tahu dia menginap di mana.

“Kau tidak ingin mandi?”

“Mmmm sepertinya tidak malam ini. Aku hanya akan sikat gigi dan mencuci muka”

Arasso, ku tunggu disini” ucapnya yang telah duduk di pinggir tempat tidur”

Aku masuk ke kamar mandi yang tidak terlalu luas tapi di design sebaik mungkin, dua sisi kamar mandi ini full cermin, sehingga ruang kecil ini menjadi terlihat cukup luas dan aku bisa memandangi diriku dengan sangat jelas. Pipi, hidung dan bibirku terlihat sangat merah, lingkaran mataku terlihat sedikit bengkak dan mataku sedikit berair.

“Aggghhhtt apa yang kulakukan di sini? Kenapa aku tidak bisa menolak dengan halus ajakan dari Suzy?!” aku mulai mengacak-ngacak rambutku. Kenapa aku jadi labil? Baru saja aku bilang tak ada salahnya aku menginap dengannya, tapi tak lama kemudian aku menyalahkan diriku yang kali ini bersikap terlalu pasif di hadapannya.

Tok tok, ceklek.

“Bolehkan aku masuk?”

“Aisshhh, Suz, bagaimana jika aku sedang ganti baju?”

“Memangnya kenapa? Waktu kita syuting invincible youth ke pemandian air hangat kitakan mandi bersama dengan member G8 lainnya”

“M-masuklah” jawabku pasrah.

Suzy duduk di depanku, membuka keran wastafel dan menampung air di gelas yang di sediakan untuk berkumur kemudian memberikannya padaku.

Thanks” ucapku sambil memulai sikat gigi.

“Mmmm, Suz, katanya kau mau menceritakan alasan kenapa kau menangis, apakah kau keberatan untuk menceritakannya sekarang?”

“Keberatan. Aku akan menceritakannya setelah kau selesai dari kamar mandi”

“Meeeeh, lalu kenapa kau masuk ke sini?”

“Mmm, karena aku rindu Amber unnie

“Uhuk!” Aku terbatuk karena kaget, hampir saja aku menelan busa dari pasta gigiku. Aku hanya senyum salah tingkah mendengar jawaban darinya, dan dengan cepat menyelesaikan aktivitasku di kamar mandi, karena rasanya sangat awkward melihat dia duduk di depanku dengan ekspresi yang sama sekali tak terbaca olehku.

“I’ve done! Let’s go to bed”

Ne

Aku membukakan pintu kamar mandi untuknya, membiarkan ia keluar terlebih dahulu, dia berjalan cepat ke arah kasur dan segera duduk bersandar. Aku melakukan hal yang sama, duduk di sisi kiri kasur dan menarik selimut hingga bawah daguku, aku menekuk kakiku dan menaruh tanganku yang terlipat di atas lututku. Aku memandang ke arahnya sambil mengangkat kedua alisku.

“Aku kesini bertiga, dengan Appa dan Oppaku” akhirnya dia memulai pembicaraan.

Oppaku bulan depan akan menikah, makanya sebelum dia berpisah dari kita, Appa mengajak kami sekeluarga untuk menghabiskan waktu bersama. Kebeberapa negara di Eropa” lanjutnya dengan ekspresi yang cukup datar.

“Apa Umma mu tidak ikut?”

“Haaahhhhh” dia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan cepat

“Itu dia masalahnya, Oppaku akan menikah, tapi orangtuaku, mereka. Mereka memutuskan untuk berpisah.” Yang ku tahu Suzy termasuk orang yang tak mudah meneteskan air mata, tapi kali ini air matanya mengalir cukup deras, namun napasnya masih cukup teratur sehingga ia masih dapat berbicara dengan jelas. Aku menghapus air matanya dengan jariku

“I’m sorry to hear that” dan percakapan kami tidak berhenti hanya sampai disitu..

***

Mmmmhhh.. aku mengedip-ngedipkan mataku, melihat wajah Suzy yang masih terlelap di hadapanku. Oh Gosh, What time is it? Aku segera memfokuskan pandanganku melihat ke arah jam dinding di hadapanku.

“OH GOD!” ini pukul 8.20, sedangkan aku memiliki janji dengan Krys untuk sarapan, aku harap dia tak datang terlalu pagi, aku segera meraih iphone ku dan mengutuki alarm yang tak berbunyi sama sekali, kenapa setting alarmnya off? Aku melompat dari kasurku dan segera ke kamar mandi, aku mandi secepat kilat dan segera keluar untuk mengambil pakaian yang tak sempat ku bawa ke kamar mandi.

Rupanya Suzy sudah bangun.

“Kau terlihat seperti perempuan jika habis keluar dari kamar mandi dan menggunakan handuk kimono seperti itu”

“Oh maksudmu aku cukup sexy? Hehe” Shit, apa yang barusan aku katakan.

Aniya, aku tak bilang begitu” Haaaah syukurlah dia tak menanggapinya dengan yang aneh-aneh.

Aku segera membongkar isi raselku, memakai baju seadanya dan masih memakai coat hitam yang sama dengan hari kemarin.

“Amber unnie

“Yes?”

“Pakai coatku, aku baru memakainya tadi malam, aku yakin kau belum ganti coat sama sekali bukan?”

No, thanks Suz, coatku masih cukup bersih”

“Kau berkencan di hari yang berbeda tapi masih menggunakan baju yang sama? Kenakan ini” ia melempar coatnya yang berwarna cream ke arahku.

“Mmm, thank you” Aku segera masuk kembali ke kamar mandi dan mengenakan pakaian tiga lapis, kaus tangan panjang, cardigan woll halus, kemudian.. coat milik Suzy.

“Suz, maaf, aku sangat buru-buru, sampai jumpa nanti, have a good day” ucapku sambil meraih iphone, dompet dan jam tangan yang terletak di meja kecil di samping tempat tidur kami. Suzy hanya membalasnya dengan senyum tipis.

Aku segera berlari ke arah tangga turun. Segera mengaktifkan GPSku, keluar hotel dengan langkah yang terburu-buru. Oh my God, suasana malam dan pagi hari yang sangat berbeda. Jalanan di depan hotelku padat dengan kendaraan, mungkin semua kendaraan hanya bisa berkecepatan 10 KM/jam karena jalanan yang terhitung padat ini. Dan akupun tak percaya lagi dengan taxi di sini, dengan ke anehan yang terjadi semalam, rasanya sebaiknya aku berlari saja, tapi jaraknya lumayan jauh, sekitar satu kilometer. Aku berlari ke arah perempatan jalan, menunggu lampu hijau untuk menyebrang ke arah kiri, tak jauh dari situ kulihat Battersea Bridge, ternyata jika siang tidak terlalu indah, aku masih memperhatikan GPSku yang bergerak sesuai dengan arahku berjalan, jembatan ini tidak lebih dari tiga ratus meter sepertinya, mungkin hanya dua ratus meter.

Akhirnya aku sampai di sebrang sungai ini, Beaufort street. Lalu kembali di hadapkan dengan perempatan jalan, namun aku bingung harus ke kanan atau ke kiri, karena sepanjang jalan di hadapanku adalah King’s road. Aku putuskan untuk bertanya kepada penjaga booth hot dog yang tak jauh dariku.

Untungnya Bapak itu tahu di mana restoran Gallant Endeavour. Belok ke kanan. Aku mulai ke habisan napas namun tetap berjalan dengan terburu-buru. Sudah pukul 08.41 waktu setempat. Aku mulai menenangkan diriku, berjalan dengan lebih teratur, sedikit merapihkan rambut dan pakaianku.

KRYSTAL POV

Haaaaah aku terus mengintip jam tangan yang tertutup lengan kemejaku. Kemana orang itu? Cokelat panas di gelasku sudah tinggal sedikit dan mulai membeku, begitu juga dengan tubuhku, sudah mulai membeku. Akhirnya aku mulain bosan, ku sandarkan tubuhku di kursi yang cukup besar nyaman ini, membiarkan tubuhnya tenggelam di dalamnya. Ku raih handphoneku, entahlah mungkin aku mau membuka beberapa email yang masuk ke email yang memang khusus berisi segala macam hal yang berhubungan dengan pekerjaanku.

Drrrrtttt drrrrtttt handphoneku bergetar, ada panggilan masuk.

“Hallo”

“Ya! Kenapa menjawab terponku dengan malas-malasan!”

I’m sorry my hubby, aku sedang tidak mood” jawabku sambil menurunkan kedua sudut bibirku.

“Berhentilah memanggilku hubby, jika Amber Unnie mendengarnya lama-lama dia bisa cemburu”

“Memang dia bisa cemburu?”

“Sudah tidak usah membicarakan hal itu. Soo Jung aaaah~ I miss you, sedang di mana kauuu?”

I miss you too, aku sedang di England, bagaimana keadaanmu?”

England? Jinjja? Waaa! Aku iri.”

“So do I, I envy the people you’re with coz they’re with you”

“Gombal!”

“Sudah berciuman berapa kali dengan Minho oppa?”

“Ya! Pertanyaanmu! Ehtapi pasti kau sudah lebih paham tentang hal-hal seperti itu, kau dengan pangeranmu itu pasti sering..”

Anniyaa! Jangan berfikir yang tidak-tidak! Setidaknya aku belum pernah dicium oleh namja

“Oh berarti kalau yeoja sudah sering ya?”

“Sudahlah, apa-apaan yang kita bicarakan ini, jika ada yang mendengar bisa repot”

Arraso, selamat berbulan madu” biiiip..

Ya! Sulli, kenapa dia mematikan telfon dengan semena-mena? Haaaah..

Amber POV

Meski jalanan cukup ramai, kurasa pagi di musim dingin ini terlihat cukup cerah. Kulihat restoran Gallant Endeavour ada persis di sebelah kananku. Restorannya lebih terlihat seperti rumah kayu yang dicat berwarna putih, pagarnya terbuat dari tanaman, dari pagar ini terdapat jalan yang tak terlalu lebar menuju beranda restoran. Halamannya berisi batu-batu koral berwarna putih dan hijau muda. Sebagian besar furniturenya berwarna hijau creamy, terlihat sangat nyaman. Di depan pintu masuk restoran ini ada seorang penerima tamu yang telah mengembangkan senyumnya kepadaku, tak ada keraguan untuk membalas senyum penerima tamu tersebut. Meski ia berjaga di depan pintu tapi penampilannya terlihat tidak terlalu formal.

“May I help you?”

“Yes please, let me know where’s the table that reserved by Krystal Jung”

“My pleasure, please follow me, miss, over here”

Penerima tamu itu terlihat sangat ramah dan berjalan dengan lincah, tapi aku mengikutinya dengan pelan-pelan, aku mulai memperhatikan sekeliling, restoran yang berbentuk seperti rumah kayu nyaman berwarna putih, dengan dekorasi yang serba hijau creamy, lukisan-lukisan tradisional yang menggambarkan kebudayaan inggris lampau, dan bunga-bunga segar yang ditaruh cukup banyak disetiap meja, bahkan restoran ini lebih memilih menggunakan perapian tradisional dibanding penghangat ruangan listrik, membuat tempat ini benar-benar terasa hommie, and the smell is no kidding, benar-benar tercium lembut di rongga hidung.

Eh, mana pelayan yang barusan mengantarku, kenapa dia terus berjalan lurus hingga ke pintu bagian belakang? Akhirnya aku mempercepat langkahku menghapirinya yang telah sadar kalau aku tertinggal jauh di belakangnya. Pelayan itu berdiri di ambang pintu, mmm bagian belakang restoran ini tidak terlalu jelas, cukup berkabut padahal di luar restoran terhitung terang untuk musim dingin.

“Over here, miss..” pelayan itu mendekat ke arahku dan membisikan sesuatu padaku

“She’s been here about two hours ago, don’t make her more dissapointed, I’ll give you two a very recomended appetizer for free” dan melanjutkan kata-katanya, kali ini tanpa berbisik dan tak hanya mengarah kepadaku tapi juga kepada wanita yang di hadapanku

“Habe a good day”

Alright, dua jam yang lalu aku masih, aaah bodoh!

Aku segera mengalihkan pikiranku dan cepat-cepat menangkap sosok indah di depan mataku. Ya Tuhan, aku rindu orang ini. Dia casual sekali, kemeja berwarna broken white yang ukurannya agak kebesaran, skinny blue jeans, dan boots leather berwarna cream. Dear Krystal, bahkan diwajahnya tidak terlihat raut kesal sama sekali padahal ia telah menungguku selama dua jam di sini. Ia berdiri menghampiriku, menggandeng tangan kananku, menarikan kursi untukku kemudian mendorongku untuk segera duduk.

Tukk

“Ayyyy Krys kenapa kau mengetuk kepalaku?” …

“Haruskah aku menggerakanmu seperti boneka agak segera duduk?”

“Tidak seperti itu juga princess, aku hanya..”

“Hanya apa?”

“Hehee, tidak apa-apa. Maaf Krys aku sudah membuat kamu menunggu” aku benar-benar menyesal hingga seluruh permukaan wajahku terlihat longsor

“Tak apa, mungkin akunya saja yang datang terlalu pagi”

“Tidak, aku yang telat, tadinya aku mau kesini jam empat pagi, tapi malah ketiduran”

“Pasti kau belum mengeset alarmmu kan, ngomong-ngomong pelayan tadi membisikkan apa padamu?”

“Dia bilang kau cantik, dan minta nomer telfon mu, lalu ku jawab dia tidak punya nomer telfon, nomer rumah saja tidak ada”

“Aaaaam, tidak lucu!”

“Siapa yang tidak lucu? Aku? Terus kenapa kau mencintaiku?”

“Karena kau rajin membelikanku oleh-oleh, aku takut kalau kau ku tolak, kau tidak akan membawakanku oleh-oleh lagi”

“Pembicaraan macam apa ini?”

Tak lama pelayan baik itu mengantarkan sesuatu, dua puding kecil 2 lapis kecil berwarna kuning muda dan diatasnya berwarna cokelat.

“Puding rasa apa ini?” tanyaku penasaran

“Ini puding cheese dan caramel tradisional, miss, silahkan menikmati”

Waaa thank you

“Apa ini semacam welcome food, Am?”

“Molla, kau harusnya lebih tau karena kau yang memesan tempat ini, mmm Ya! Kenapa pakai kemeja transparan seperti itu? Dan, mmm kenapa bramu berwarna hitam?!”

“Transparan apa? Matamu saja yang terlalu sensitif! Bisa sampai menembus begitu, ih kau mengerikan sekali, Aaaam!”

“Kryyyyyyys, kalau mau menggodaku dengan yang seksi seksi begitu ya tidak usah di tempat umum seperti ini, pakai jaketmu!” sebenarnya kemeja lengan panjangnya tersebut memang tidak terlalu transparan, tapi tidak cukup tebal untuk dia kenakan dicuaca sedingin ini.

Ayyssh anak ini malah menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa berhenti, kuputuskan untuk memegang kedua pipinya menahan kepalanya agar tidak geleng-geleng seperti itu. Clut! Kucubit kedua pipinya sampai hampir copot.

“Aaaaaaa! Untung pipiku bukan hasil plastic surgery kalau iya pasti plasticnya sudah meleleh! Sakit tauuu”

Tak ku jawab, aku hanya menatapnya dengan (pura-pura) malas kemudian berdiri dan berjalan ke belakang kursinya, mengambil jaket yang dia simpan di senderan kursi yang ia duduki, kemudian kupakaikan ke tubuhnya. Hmmmm.. wangi, iya, wangi tubuh Krystal sangat membuatku nyaman, melihatnya dari belakang saja membuatku ingin memeluknya. Kuputuskan untuk memeluknya, sebentar saja, kulingkarkan kedua tanganku di bawah bahunya, kutenggelamkan kepalaku di sudut bahu kirinya, hanya untuk menikmati aroma, sebentar, sebentar saja.

Krys tidak menolak, dia membiarkanku memeluknya dari belakang, tangan kirinya mengelus ngelus kepalaku yang masih terbenam di bahunya. Aku mulai bernyanyi lagu we belong together dengan suara seadanya. Tiba-tiba saja dia melepas pelukanku dengan semena-mena.

“Wae?” tanyaku penasaran

“Suaramu, serak-serak jelek begitu, geli aku mendengarnya! Jangan sampai kau sakit, Aaaam.. Apa kau cukup makan?”

“Ne”

“Cukup tidur?”

“Nnnn-ne”

“Ha?” Wajahnya penuh ragu dan dengan mengipitkan matanya mendadakan ia meminta jawaban yang lebih jelas”

“Kurang, sudahlah, tak usah membahas itu, princess Krystal”

“Tapi aku penasaran, Amber”

Baby Krys, I really don’t want to talk about that right now.

Author POV

Amber menggeser meja di hadapannya dengan kaki kirinya, lalu ia menarik maju kursinya hingga lututnya dengan lutut Krystal bersentuhan, memangku wajahnya dengan telapak kanannya.

“Why?” tanya Krystal, tidak terlalu penasaran. Ia tahu kebiasaan Amber yang betah memandangi wajahnya.

“Mmmm hanya sedang mengupdate memori di otakku akan bentuk wajahnya Krystal Jung” jawabnya datar.

Tangan kanannya mulai meraih pipi kiri Krystal, sedikit menarik ke arahnya, wajah Amberpun mendekat ke wajar Krystal. Untuk beberapa detik mereka hanya saling menatap hampir tanpa jarak. Amber mulai memiringkan wajarnya dan mendekatkan bibirnya ke arah bibir Krys, sambil menghirup napas dari hembusan napas yang dihasilkan kekasihnya.

“Mppphhh” Telapak tangan Krystal terbuka lebar dan mendorong wajar Amber menjauh.

“Kryyyyyyys, kenapa?” T,,T

“Kau bilang hanya sedang mengupdate memorimu, kalau kau menciumku matamu pasti tertutup, mana bisa kau melakukan tugasmu dengan benar” jawab Krystal sambil menaikkan alis kirinya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

“Tapikan kalau hanya di lihat tapi tidak bisa di sentuh apa bedanya dengan melihat kau di tv? Kalau begitu sama saja aku dengan para fansmu”

Krystal POV

Hahaha, aku sangat suka sedikit bermain-main dengan Amber. Dia mudah sekali merasa serba salah, awkward, nervous dan perasaan-perasaan tidak enak semacamnya. Ekspresinya sangat menggemaskan, tapi aku tak akan tega membiarkannya terlalu lama dalam atmosfir semacam itu, hahaa..

Aku segera berdiri dari kursiku, menarik tangan kanannya, aku berjalan mundur ke sisi beranda restoran ini. Kemudia ku tarik kedua tangannya dan melingkarkannya di tubuhku, kemudian ku lingkarkan kedua tanganku di belakang lehernya. Matanya waspada, seperti menunggu aba-aba dariku, tak ingin keisenganku terulang untuk kedua kalinya jika ia yang memulai terlebih dahulu. Maka kuputuskan untuk mendekatkan wajahnya ke arahku, kenapa kekasihku ini terlihat lebih tinggi dari biasanya?

Cup.. ternyata Amber yang memulainya duluan, dimulai dengan kecupan lembut tanpa membuka bibirnya sama sekali, aku tersenyum lebar dan segera menekan belakang lehernya agar segera kembali menciumku. Seperti biasa, caranya menciumku membuatku seperti ingin tersedak. Amber mengeratkan pelukannya, mendong tubuhku lebih maju, membuat tubuh kami seperti terkunci rapat, meski begitu, aku merasa betah sekali, sangat nyaman…

“Uhuk uhuk” Amber benar-benar tersedak kali ini.

“Ya! Kenapa kau terus saja melumat bibir bawahku? Aku juga mau memakan bibir bawahmu, gantian!”

“Tidak mau, aku suka bibir bawahmu, sexy~” jawabku jujur, tapi tiba-tiba.

“Awwww!” Tukk!! Aku menjitak dahinya dengan keras karena Amber telah menggigit bibir bawahku dengan tiba-tiba “Apa yang kau lakukan, Llama?!”

“Itu akibatnya jika kau pelit!”

Kami saling bertatapan, saling menahan diri untuk tak tertawa meledak, pffffff..

PRAAANGG..

“Oh God” kami berdua terperanjat kanget, kaca dari jendela besar yang tak jauh dari tempat kami berdiri tiba-tiba pecah. Dan tak lama setelah itu mulai terdengar teriakan histeris dari dalam restoran. Amber menarikku ke pojok beranda dan tetap memelukku, sambil segera memperhatikan sekitar..

9 responses »

  1. suzy??
    What??
    Apa yg trjadi sama suzy-amber? Apakah dluny mrka punya hubungan? Atau suzy yg cinta sepihak sama amber. Knapa, ada apa? Ap yg trjadi ama kaca?
    Nice story

  2. romansa cinta org yg baru pacaran ya gini critanya, pertengkaran n cinta nyatu bikin pembaca geli sendiri. Tp aga ganjil, ktnya suzy bilang nginep dihotelku brarti dia dah nyewa kamar trus knp pas sama amber sewa kamar lg yg double?

  3. ahahaga …
    gue sbnrnya ngeri bgt bc ff ini..
    soalnya ptma gue suka kpop itu krna voicenya suzy di dream high..
    gue awalnya cma suka dramanya aja.
    tp krna gue lihat mv La Cha Ta .. jatuh cnta lgsf gue ma amber .. hahah palah curhat ..

    oke thor.. aku blm bs mecahin pwnya.. aku berdoa smga happy endingnya emg kryber..
    thanks

Leave a reply to kryshan96 Cancel reply