Gloom

Standard

release

Then the day came when you said

“I can give you nothing more tomorrow”

I lay down, ’cause the blow came from behind

Something told me that

I easily flew up above the rooftops, saw the years fly by

What used to be

We took the long path, Baby

Now I do know where I’m going

‘Cause we twist and we turn

And everything changes

Everything grows up anew

I do, at least

I’d hoped that there would be more we had time to do

We were going the same way each on our own

The hope comes, then it’s gone once again, count to five

You’re changing, I’m changing

I’m flying up above the rooftops, I saw you walk past me

I didn’t even know you

We took the long path, Baby

Now I do know where I’m going

Aku tertawa sebentar, dikelilingi teman-temanku yang terus berkelakar tentang banyak sekali hal. Aku berusaha untuk setidaknya tetap memiliki ritme napas yang normal. Tapi sulit, kusandarkan tubuhku pada kursi kayu Buzz Beer, di tengah Downtown Los Angeles yang sibuk ini.

Ya Tuhan, aku tidak sanggup lagi. Kulihat dia berdiri menjauhi kami sambil mengangkat telfon, that slender, beautiful back. Can I hug you tonight? Sleeping peacefully, covered by your arms just as what we did last year. I want you back to my side.

Dia datang kembali ke meja kami, kutarik napas terberat yang pernah kualami. Kurasakan sakit di setiap selasar urat leherku, aku ingin pulang. Dia menatapku sebentar, memerhatikanku dan terlihat cukup menghawatirkanku tapi kembali kepada ponselnya.

Drrrt.. Ponselku bergetar

Amber, you okay?

She texted me. The tense is slightly changed. I want to reply with ‘off course I’m not.’ But I won’t tell it now. I won’t tell it now, Krystal.

Kuletakkan ponselku dan berusaha masuk ke dalam pembicaraan, padahal yang kuresapi hanyalah suara hujan dan perih di rongga hidung karena usahaku membendung air mataku di hadapan mereka. Aku hanya ingin pulang, meski aku tak tahu pulang kemana. Aku benar-benar ingin pulang..

Karena tak tahan dengan apa yang kurasakan, di tengah senda gurau dan bisingnya Jumat malam ini aku pamit lebih awal dibanding yang lainnya. We do high fives before goodbye.

Aku berjalan menjauh dengan cepat, sedikit berlari yang tujuannya tersamarkan. Orang mengira aku menghindari hujan, padahal tidak. The pain is just too real, setelah tak terjangkau pandangan mereka, jalanku melambat. Kurasakan dinginnya hujan menjelang musim gugur yang sangat menggigit. Tak kuhindari genangan-genangan air yang tercipta akibat hujan sedari sore tadi. Kenapa aku harus melihat Krystal dihubungi terus menerus oleh pacarnya yang baru? Kapan aku bisa menerima bahwa setiap akhir pekannya bukan lagi dihabiskan denganku?

Aku terus berjalan mengikuti perintah otakku, menatap lurus hampir tak berkedip, sibuk dengan ribuan pemikiranku yang setiap harinya membebani hingga akhirnya pecah sewaktu-waktu. Beberapa kali aku tersandung dan hampir terjatuh, juga menabrak orang-orang yang sibuk berlari kecil menghindari hujan dengan payungnya yang tak seberapa lebar.

Olvera Street, di hadapan monumen Antonio Aguilar yang seharusnya menjadi penyemangat diriku, tapi kini aku terlalu kelabu.

“She doesn’t belong to me anymore” ucapku pelan sambil tersenyum getir yang dilanjutkan dengan aliran air mata dan tubuh yang bergetar tak terkendali akibat rasa dingin yang menjalar keluar dengan cepat ke seluruh tubuhku, berhenti membeku di ujung jari jemariku. Aku tertunduk lama menghadap Patung Antonio yang anggun di atas kudanya. Andai aku bisa hidup bahagia hingga setua dirimu dahulu, Antonio.

Dddrrrt drrrt drrrt drrrt

Dalam posisi tengkurap dengan kedua tangan berada di tengah rongga dadaku, aku berusaha untuk bergerak dan meraih ponselku. But why the weight just heavier and heavier. Aku bahkan tak sanggup untuk sekedar merahih ponselku, ya Tuhan aku kenapa? Kuusahakan kembali untuk menggapai ponselku dan berhasil mendapatkan, lucunya ponsel ini terasa berat dan yang kurasakan hanyalah kelelahan yang tak tertahakan, ada apa lagi ini? Ada apa lagi dengan tubuhku? Setelah empat bulan lalu aku mengalami peradangan pada ususku, aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya hidup dengan kualitas fisik yang normal lagi.

Aku berusaha untuk membalikkan tubuhku perlahan, setelah berhasil terlentang aku malah merasakan kebas di seluruh tubuhku. Saking takut dan tidak sanggup, aku hanya memejamkan mata, berusaha menenangkan diri agar kondisiku tidak semakin buruk, aku berpikir keras namun yang terbesit hanyalah

‘What is this again?’

Ponselku kembali bergetar, dari selah rambut pendek berantakan yang menutupi kedua mataku, aku baru menyadari itu adalah telfon masuk dari kakakku. Dengan tubuh yang masih terasa luar biasa lemas aku menerima telefonnya dengan mode loud speaker.

“Amber, your mama is missing you so much. This, talk to her! She always afraid to disturb you” ucap kakakku, tanpa sempat merespon kudengar kakakku memberikan telfonnya pada ibuku.

“Halo, siapa ini?” Tanya Ibuku kebingungan.

Ni de Baobei“*

“Ahhh Amber, apa aku mengganggumu? Kau sudah sarapan? Apa kau sehat?”

Wo hen hao*, Mama. Sebentar lagi aku berangkat.”

“Ya, Nak. Hmmm.. tapi pulanglah jika kau merasa lelah disana. Jangan bersedih, kau anak paling ceria yang pernah kukenal” ucapnya padaku seakan terakhir kalinya dia melihatku adalah dua puluh tahun lalu.

“Apa Mama sehat?”

“Aku sehat, berangkatlah kerja, jangan lupa sarapan. Sarapan itu sangat penting untuk kesehatanmu.”

“Hu um” aku mengiyakan.

“Sampai jumpa, semoga harimu menyenangkan” sambungan terputus.

‘Semoga harimu menyenangkan’ aku tersenyum getir. Jangan sampai dia tahu, bahwa sudah satu tahun lebih tidak pernah anaknya melewati hari tanpa merasa ingin mati.

16 Months Ago

Ini adalah hari terakhir liburan kami yang sudah kami rencanakan secara matang. Kami datang mengunjungi Colorado yang indah, tapi besok pagi-pagi sekali kami sudah harus kembali ke kota masing-masing.

“You are looking so good” bisiknya, kemudian ia turun menciumi leher dan sudut bahuku.

“No, you are” Ucapku lirih sambil meraih wajahnya dengan tangan kananku, dan mendekap tubuhnya dengan tangan kiriku. Kuciumi bibir dan tubuhnya dengan penuh rasa kagum dan puas. Everything feels so good that you are mine.

Ya..

Malam itu kau terlihat bahagia sekali, tatapanmu tak lepas dari diriku. Kau memelukku erat, memutar lagu yang kusuka berulang kali sambil sesekali menyanyikannya untukku. Aku mencintaimu, I love you to death, Krystal.

Tapi keesokan paginya kita harus berpisah lagi, dengan jarak yang tak mudah kita capai setiap saat. Dengan kendala masing-masing yang akan kembali menyulitkan kita. Dan pada saat akhirnya genggaman kita terpisah, setelah aku menangis sejadinya dan kau menghadapinya dengan bijaksana, aku merasa ada yang tak akan pernah kembali lagi.

Kini kusadari bahwa hari itu, mungkin saja hari terakhirmu, mencintaiku.

Hari ini.

Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke Sierra Nevada. Yang kubawa untuk perjalanan ini hanyalah tas kecil berisi barang-barang penting namun tak berharga. What a perfect day to end the pain. Musim gugur sudah dimulai, angin dingin tidak berhenti berhembus, dan dedaunan mulai berubah warna indah sekali, but they are actually dying, do we enjoy the beauty before its die?

Aku berjalan menelusuri National Park yang sangat luas ini, berjalan kaki tak kurang dari dua jam tanpa beristirahat. Kubiarkan diriku kelelahan hingga akhirnya aku sampai pada Yuba River yang senyap. Tak kulihat orang di sekitarku, aku duduk di atas bebatuan besar pada sisi sungai.

People said this is just a quarter-life crisis, you can thru this well, you will have to see the bright side. But for me, it feels like they ask to see a blue sky to a blind person.

For me this just my life-time crisis. This unwanted feeling, this down bellow self-esteem with zero self-confidence, this inability to go thru a day without feeling blue. I just can’t stand life anymore. I feel more and more exhausted as time goes by.

Kupasang airpods di kedua telingaku, memutar lagu yang liriknya selalu terngiang di kepalaku.

Then the day came when you said

“I can give you nothing more tomorrow”

I lay down, ’cause the blow came from behind

Something told me that

I easily flew up above the rooftops, saw the years fly by

What used to be

We took the long path, Baby

Now I do know where I’m going

‘Cause we twist and we turn

And everything changes

Everything grows up anew

I do, at least

I’d hoped that there would be more we had time to do

We were going the same way each on our own

The hope comes, then it’s gone once again, count to five

You’re changing, I’m changing

I’m flying up above the rooftops, I saw you walk past me

I didn’t even know you

We took the long path, Baby

Now I do know where I’m going*

(Rastløse Bevægelser by Turbolens)

Kuambil sesuatu dari dalam tasku, ia berkilau dan berwarna perak. Kuangkat tangan kiriku di atas lutut. Kugores dengan kuat pergelangan tanganku dan mulai berbaring dengan tangan yang basah menjulur ke sungai Yuba. Akhirnya aku bisa merasakan sakit yang mungkin bisa melampaui sakitku selama ini, aku merasa mual tapi ada kepuasan di dalam diriku, aku merasa ringan.

“Amber, rendam lenganmu di air garam ini, kau pasti sangat kesakitan, sayang” Ucap Ibuku saat umurku enam tahun, setelah aku jatuh dari pohon yang tinggi.

“Amber, beri makan anjingmu dulu.” saat hari pertamaku masuk kelas tujuh

“Amber, ayo minum lagi. Setelah ini akan kubelikan chicken soup Mr. Pho dengan porsi besar” Setelah dokter memberitahuku trombositku di bawah dua puluh ribu.

“Amber apa kau pulang?” Setelah aku lagi-lagi tidak mengabarinya sepulang kuliah.

“Ya, Nak. Hmmm.. tapi pulanglah jika kau merasa lelah disana. Jangan bersedih, kau anak paling ceria yang pernah kukenal”

Oh.. I really want to let you know, before everything went dark..

The last thing that come into my mind, is you.

.

FIN

.

.

.

.

.

.

*Ni de baobei (I’m your baby)

*Wo hen hao (I’m fine)

Hai, gue tau blog ini sesepi itu, tapi gue bener-bener pengen coba untuk sesekali nulis lagi. So gue nantang teman gue untuk ‘one night writing‘ semaleman kita nulis dan harus post hari itu juga (yang ends up selesai di jam 5 subuh) kalau gak berhasil salah satunya harus kasih cash dengan jumlah yang lumayan ke lawannya. So, karena sekecil apapun duit itu berharga, gue bener-bener berusaha banget untuk nulis meski luar biasa buntu di awal, semuanya bener-bener baru mulai ditulis jam 10 malam. Singkat parahsih, cuma 1500an words, tapi ini yang mau gue sampein:

Anggap tulisan ini sebagai penghargaan terakhir kepada orang-orang yang akhirnya pergi meninggalkan orang-orang tercintanya dengan cara bunuh diri (I cried a lot when Sulli Passed away). Things we should learn:

  1. Mungkin sebagian dari kita belum tahu, bahwa kesedihan bisa sedalam itu. But they reach that depth of sadness. Iya, kesedihan bisa sedalam itu
  2. Kesedihan yang dalam adalah akibat kurang iman dan takwa, bukan! Para Nabi dan tokoh-tokoh Islam besarpun (gue gatau kalau dari agama lain) diceritakan masing-masing pernah mengalami duka yang amat dalam
  3. Stop saying Toxic Positivity! Toxic positivity adalah ucapan kelewat positif untuk orang-orang yang tidak tepat, saat kita bilang “Lihat sisi positifnya”, kepada orang yang sudah sesakit itu, sama aja kayak ngomong “Lihatlah langit yang biru” kepada orang buta. Karena kimia otak mereka udah beda sama orang normal, it’s their brain issue.
  4. Please Say: Gue paham lo, cerita terus ke gue ya, gimana lo hari ini? gue temenin ke psikolog/ psikiater/ tempat ruqyah ya (sesuai concern dan kebutuhan dia), follow up mereka terus sampe mereka getting better.
  5. Yang gue mau sampein disini juga, sesedih dan seberat apapun hidup lo. In the very last breath you may take, it’s your true love in the end, bisanya nyokap, atau bokap lo (di dalam fanfic ini, Amber’s very last memory is her Mom. Terinspirasi dari film Dear John, juga cerita orang-orang yang nyawanya hampir terenggut atas percobaan bunuh diri.

I hope to see you again in this blog. If you have constant suicidal thoughts, you can:

Reach me on twitter @fx_parade

But above all, I hope this beginning of new Decade brings you Joy! Good luck! Happy 2020!

One response »

Leave a comment